E-Learning

E-learning

E-learning merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang melibatkan manusia antar manusia  menggunakan media alat elektronik yang didukung dengan jaringan internet. Contohnya seorang guru yang ingin melakukan pembelajaran jarak jauh maka pembelajaran bisa saja berlangsung melalui E-learning, pada interaksi seperti ini E-learning didistribusikan secara Synchronous secara waktu bersamaan yang didukung instruktur secara langsung. Hal ini akan sangat bermanfaat kepada kedua belah pihak sehingga pembelajaran tetap berlangsung dengan semestinya.

E-learning tersebut bisa memicu kesadaran siswa untuk belajar mandiri akan hal ini menjadikan e-learning didistribusikan dengan Asynchronous yang didesain untuk belajar secara individu  dalam waktu yang tidak sama, antara guru dan siswa sehingga ini menjadi kelebihan dari e-learning tersebut. Dengan kesadaran siswa tersebut akan memudahkan siswa untuk mencapai kemampuan belajar e-learning dimana saja dan kapan saja karena tersedianya internet yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja.

Oleh sebab itu siswa akan berkembang dengan kemampuannya untuk meimplementasikan pembelajaran E-learning, pengalaman pribadi yang didapat siswa itu dalam proses yang diterima pada pembelajaran E-learning lebih maksimal. Dari segi biaya yang dikeluarkan juga relative sedikit karena E-learning juga menyediakan bahan pembelajaran yang akan dipelajari siswa sehingga siswa tidak perlu untuk mengeluarkan biaya perjalanan untuk pergi ke sekolah atau membeli buku. Teknologi komunikasi dapat meminimalisir kekurangan dari E-learning. kekurangannya itu adalah kurangnya keterlibatan antara siswa dengan guru, seperti melalui jejaring sosial misalnya facebook, dapat melibatkan interaksi siswa dengan guru melalui chatting dan mempublish info terbaru atau materi yang ingin disampaikan guru. Jadi, menurut saya untuk mengurangi kekurangan interaksi antara guru dan siswa dapat melalui jejaring sosial facebook dll.

Sebagaimana kita ketahui Kurangnya penguasaan bahasa asing di computer ini sangat berpengaruh sekali kepada pengguna internet karena masih terbatasnya ilmu bahasa inggris yang dimiliki oleh siswa dan guru. Bahkan belum memaksimalkan diri dalam belajar bahasa inggris, sehingga mengaplikasikan computer dan internetnya jadi terhambat. Juga banyak yang dilihat dari mesin pencarian itu ada telusurannya berbahasa inggris. Selain itu Ketersedian listrik dan internet pada suatu wilayah tertentu bisa menjadi hambatan dalam terjadinya E-learning sehingga itu menjadi kekurangan e-learning juga. Hal ini menuntut guru akan menjadi susah dalam pembelajaran e-learning untuk hasil yang maksimal. Kecenderungan pengajaran yang digunakan guru secara konvensional diubah melalui penerapan pembelajaran ICT melalui E-learning akan membutuhkan kreatifitas dari guru yang melek ICT pada saat ini. Guru  diharapkan mampu membuat suasana belajar menjadi suasana yang nyaman dan menyenangkan serta mampu memodelkan apa yang diharapkan dari para siswanya, seperti ia sendiri harus mampu menilai situasi secara kritis, memprediksi apa yang akan terjadi, dan kemudian mencoba menanggulangi situasi yang dihadapi.

sumber : http://setyareny.blogspot.com/

TIK / ICT

Definisi tekhnologi menurut para ahli

Menurut galbraith adalah aplikasi sistematik dari sains atau pengetahuan untuk melaksanakan tugas praktikal

Teknologi merupakan  :

ü  unsur mutlak dalam masyarakat yang membangun

ü  Bagian integral dari kehidupan

ü  Cermin kemajuan budaya makin maju budaya, makin banyak dan beragam teknologi

ü  Ciptakan manusia untuk membantu memecahkan masalah

Teknologi telah membantu manusia dalam melakukan berbagai aktifitas

Komunikasi  yaitu hubungan timbal balik yang memungkinkan terjadinya keselarasan dlm pikiran, tanggapan dan perbuatan

Komunikas yaitu Proses interaktif antara dua pihak atau lebih sehingga tumbuh keharmonisan hidup

Informasi adalah Data yang tersusun secara sistematik dan bermakna

Sarana dan prasarana

Perangkat lunak serta sistem dan metode untuk perolehan, penyimpanan, pengolahan, pengiriman, penerimaan , penafsiran , pengorganisasian dan penggunaan

Telematika yaitu Proses informasi kita dengan jarak jauh menggunakan standar digital

 

Potensi TIK yaitu sebagai berikut

  1. 1.      Peningkatan akses untuk memperoleh informasi dari mana saja, siapa saja, kapan saja dan apa saja
  2. 2.      Peningkatan efektifitasd komunikasi berbagai bentuk ransangan indera
  3. 3.      Peningkatan relevansi yang kebutuhan yang semakin banyak dan beragam
  4. 4.      Penyesuaian dengan kondisi lingkungan yang berubah
  5. 5.      Peningkatan efisiensi dengan menghemat waktu, tenaga dan biaya

 

 

Kendala

  • Keengganan untuk menggunakan teknologi
  • Ketidak terampilan dalam mendayagunakan teknologi
  • Ketiadaan sarana dan prasarana
  • Kesulitan biaya
  • Kesulitan bahasa

 

Peranan teknologi dan informasi dan komunikasi dalam pendidikan

Perubahan paradigma

  • Mengubah pengajaran dengan pembelajaran

Pengajaran : teacher centered = pemberian informasi = behaviorism learning teori (p.prilaku), PIntar atau banyak tahu.learning to know

Pembelajaran : Student centered = pemrosesan pengalaman. (p.kontruktifis), Cerdas kreatif. Learning to learn

Pembelajaran berbasis IT yaitu pembelajaran beberapa komponen yang menggunakan ICT misalnya dari segi bahan (perangkat lunak : OHT,Power Point dll) dan dari segi peralatan (perangkat keras : OHP, CD Player dll)

 

Pemanfaatan computer

  1. Belajar computer yaitu computer sebagai objek
  2. Belajar dengan computer yaitu computer sebagai alat bantu seperti AutoCad
  3. Belajar melalui computer yaitu computer sebagai media

 

Multimedia sepertinya sudah sering kita dengar, namun pengertian multimedia itu adalah kombinasi dari dua atau lebih format media yang saling integrasi unsur terdapat suara, gambar dan gerak.

TIK dalam dunia pendidikan sangat berperan penting karena pada dunia pendidikan sekarang yang belum menggunakan berbasis ICT sehingga akan mengalami keterbatasan sumber daya manusia. Janji TIK dalam pendidikan sangat mulai terasa pada dunia pendidikan sekarang ini.

Pada janji TIK yang pertama memperluas akses kita kemana saja untuk mendapatkan informasi pembelajaran sehingga ilmu kita terupgrade yang telah kita peroleh. cakrawala kita terbuka luas sehingga janji kedua TIK pun terlaksana dengan menyiapkan individu memasuki dunia kerja. Apalagi di era global pasar kerja sekarang ini kebanyakan penerimaan kerja syarat utamanya harus bisa mengoperasikan komputer. janji TIK ketiga meningkatkan kualitas, hal ini dapat meningkatkan kualitas pengguna TIK itu sendiri. misalnya saja guru yang telah menggunakan TIK lebih cepat maju n fresh memberikan ilmunya kepada siswanya. fresh dalam artian ilmunya tidak ketinggalan.

Janji TIK yang keempat yaitu mentransformasi lingkungan belajar.
TIK tidak serumit yang dibayangkan karena melalui TIK, pendidikan itu bisa dimana saja dan kapan saja.  Mengembangkan Aspek E-learning kita juga harus memperhatikan aspek pedagogic. Konsep belajar e-learning bukan hanya melalui internet namun juga ada menggunakan telekomunikasi seperti radio televisi. Pada E-learning bisa didalamnya ada online learning. Distance learning bisa mengcover dari E-learning menjadi online learning. Beberapa kritikan kurangnya interaksi guru dan siswa bisa di minimalisir dengan hal seperti skype dan lain-lain.

Saya mengambil suatu kesimpulan yang sangat menarik dan menggugah hati saya yaitu potensi setiap teknologi itu bervariasi berdasarkan pada bagaimana penggunaanya. iya betul sekali, karena kita harus menyesuaikan pembelajaran dengan setiap tekhnologi yang akan kita gunakan.disini sebagai pendidik juga butuh kreatifitas.

kegiatan bernyanyi anak usia dini

BAB 1

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu untuk membudayakan manusia. Secara umum pendidikan adalah upaya sadar untuk membentuk pribadi anak menjadi orang dewasa yang mandiri, Sebab pendidikan itu sendiri bertujuan untuk membelajarkan anak supaya ia menjadi dewasa dan mandiri serta adanya perubahan baik dalam pengetahuan, prilaku, maupun sikap.

Pendidikan itu juga berlaku bagi siapa saja. “education for all”. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 31 UUD 1945, yang menyatakan bahwa “ Tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran“. Ketentuan ini diperkuat dengan pasal 5 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

Disamping pendidikan itu berlaku bagi siapa saja, pendidikan juga berlangsung seumur hidup ”life long education” kalimat yang sering kita kenal sejak dulu sampai sekarang, yang artinya “Pendidikan sepanjang hayat”, dalam ajaran agamapun juga disebutkan “Tuntutlah ilmu mulai dari ayunan sampai ke liang lahat”. Semua itu menjelaskan bahwa pendidikan itu telah menjadi kebutuhan pokok manusia. Adanya konsep pendidikan seumur hidup memungkinkan seseorang mengembangkan potensi sesuai dengan kebutuhannya. Konsep pendidikan sepanjang hayat menjadi panduan dalam meninggikan harkat dan martabat manusia. Anak-anak bangsa ini tidak boleh tertinggal dengan bangsa lainnya di dunia. Oleh karena itu pendidikan sejak dini harus ditanamkan kepada mereka.

Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. PAUD diperuntukkan untuk anak usia 0-6 tahun. Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa usia anak usia dini adalah sejak lahir sampai usia 6 tahun. Anak usia tersebut dipandang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak usia di atasnya dan anak pada usia tersebut pada masa golden age.

Sebagaimana tertulis pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 28 yang menjelaskan bahwa PAUD diselenggarakan melalui 3 jalur yaitu: Pertama, jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat; Kedua, jalur pendidikan non formal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang sederajat dan ketiga, jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga.

PAUD adalah investasi yang sangat besar bagi keluarga dan bangsa, karena PAUD membentuk anak Indonesia yang berkualitas yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mempengaruhi kehidupan di masa dewasanya.

Dari aspek pendidikan,stimulasi dini sangat diperlukan guna memberikan rangsangan terhadap seluruh aspek perkembangan anak, yang mencakup penanaman nilai- nilai dasar (agama dan budi pekerti), pembentukan sikap (disiplin dan kemandirian),dan pengembangan kemampuan dasar (berbahasa,motorik,kognitif dan sosial). Salah satu bentuk kemampuan dasar yang harus dikembangkan pada anak usia dini adalah kemampuan berbahasa. Bahasa adalah segala bentuk komunikasi,perasaan dan pikiran manusia disimbolkan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain.

Untuk hal tersebut di atas dibutuhkan kegiatan yang dapat merangsang kemampuan berbahasa anak seperti stimulasi dan bimbingan, yang akan meningkatkan perkembangan bahasa anak sehingga menjadi dasar utama untuk perkembangan anak yang selanjutnya serta didukung oleh media – media yang kreatif untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif.

Dalam pengembangan bahasa banyak sekali metode-metode yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan aspek perkembangan bahasa anak diantaranya adalah melalui kegitan bercerita, bermain peran, demonstrasi, bercakap-cakap, tanya jawab, bernyanyi dan masih banyak lagi yang lainnya. Dari berbagai macam metode tersebut kegiatan bernyanyi merupakan salah satu metode yang dapat mendukung perkembangan anak melalui kegiatan bernyanyi anak diminta bernyanyi. Metode bernyanyi akan sangat berperan penting dalam pengembangan bahasa anak apabila dalam pelaksanaan lebih ditekankan dan lebih menstimulasi pada pengembangan bahasa anak, seperti pada saat bernyanyi anak dikenalkan kata demi kata lebih dahulu sehingga anak mengerti apa kata yang diucapkan anak tersebut. Melalui nyanyian yang sesuai, perbendaharaan bahasa, kreativitas serta kemampuan anak berimajinasi dapat mengembangkan daya pikir anak sehingga perkembangan inteligensinya dapat berlangsung dengan baik.

Kenyataan di lapangan, masih ada anak yang sulit untuk mengungkapkan perasaannya dengan kata–kata dan kita masih mendapati anak–anak yang dapat mengucapkan kosakata akan tetapi tidak tahu maknanya. Serta di sekolah sudah menggunakan metode–metode dalam pengembangan bahasa tersebut diatas, tetapi dalam metode bernyanyi hanya sebatas untuk menghibur anak, dikala anak jenuh dalam proses pembelajaran tanpa menekankan pada kemampuan bahasa anak seperti menjelaskan kata–kata sukar pada nyanyi dan mengabaikan makna dari kata–kata tersebut kepada anak. Seharusnya bernyanyi itu berperan penting dalam pengembangan bahasa anak karena melalui bernyanyi anak bisa secara langsung mengucapkan kata demi kata sehingga anak lebih mudah mengungkapkan apa yang dirasakannya daripada anak diajarkan mengeja kata  perkata dan melalui bernyanyi anak akan di ajak mengetahui kata–kata sukar pada nyanyi tersebut serta makna dari nyanyi tersebut.

Berdasarkan pemikiran dan pernyataan tersebut di atas, peneliti memandang bahwa kegiatan bernyanyi memiliki peranan penting dalam mengembangkan bahasa anak. Berangkat dari pemikiran inilah peneliti ingin mengetahui lebih jauh tentang Gambaran tentang Peranan kegiatan bernyanyi dalam pengembangan bahasa anak usia dini di Taman Kanak-kanak Budi Mulia Padang “.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

  1.  Masih ada anak yang sulit untuk mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata
  2. Metode yang digunakan guru belum sepenuhnya mendukung pengembangan bahasa anak
  3. Masih kurangnya kemampuan guru dalam merancang nyanyi yang kreatif
  4. Kurangnya peranan kegiatan bernyanyi dalam pengembangan bahasa anak

 C. Fokus Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah : Peranan kegiatan bernyanyi dalam pengembangan bahasa anak di TK Budi Mulia Padang.

 

D. Perumusan masalah

Bagaimanakah Peranan kegiatan bernyanyi dalam pengembangan bahasa anak di TK Budi Mulia Padang.

E. Pertanyaan penelitian

  1. Bagaimanakah gambaran dari kegiatan bernyanyi di TK Budi Mulia Padang?
  2. Bagaimanakah peranan kegiatan bernyanyi dalam pengembangan bahasa anak usia dini?

F. Tujuan penelitian

  1. Untuk mengetahui peranan bernyanyi dalam pengembangan bahasa anak di TK Budi Mulia Padang.
  2. Untuk mengetahui bagaimanakah kegiatan bernyanyi dikembangkan di TK Budi Mulia Padang.
  3. G.    Manfaat penelitian
    1. Bagi orang tua

Membantu pemahaman orangtua akan pentingnya peranan bernyanyi dalam pengembangan bahasa anak.

  1. Bagi lembaga PAUD

Informasi atau Masukan bagi Lembaga PAUD untuk memfasilitasi guru dalam merumuskan konsep dalam mengembangkan bahasa  anak usia dini di masa yang akan datang.

  1. Bagi guru TK/PAUD

Pedoman dalam pengembangan kemampuan bahasa melalui bernyanyi yang kreatif

  1. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk melakukan penelitian lanjut mengenai pengembangan bahasa anak usia dini

  1. H.    Definisi operasional

 Gambaran tentang peranan kegiatan bernyanyi dalam pengembangan bahasa anak usia dini adalah anak usia dini sedang mengalami proses perkembangan yang membutuhkan stimulasi pada aspek-aspek perkembangannya. Salah satunya aspek bahasa, bahasa digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Untuk menunjang pengembangan bahasa anak melalui melakukan 3- 5 perintah secara berurutan dengan benar, meniru kembali 4- 5 urutan kata, menirukan kalimat sederhana, mengulang kalimat yang telah didengarnya, dan mentaati aturan permainan.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

A. Landasan Teori

  1. 1.      Hakikat Anak Usia Dini
  2. a.      Pengertian Anak Usia Dini

Menurut Santoso (2007:2.9) Anak usia dini adalah sosok individu sebagai  makhluk sosiokultural yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.

Menurut Masitoh, dkk (2007:1.16) Anak usia dini adalah sekelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki karakteristik pertumbuhan dan perkembangan fisik, motorik, kognitif atau intelektual (daya pikir, daya cipta), sosial emosional serta bahasa.

Berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya oleh Kellough dalam Masitoh, dkk (2007: 1.14 – 1.15) sebagai berikut:

1) Anak bersifat unik; 2) Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan; 3) Anak bersifat aktif dan enerjik; 4) Anak itu egosentris; 5) Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal ; 6) Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang; 7) Anak umumnya kaya dengan fantasi ; 8) Anak masih mudah frustrasi; 9) Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak; 9) Anak memiliki daya perhatian yang pendek; 10) Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.

Oleh karena itu  pada dasarnya hakikat anak usia dini itu sosok yang unik dan memiliki beberapa karakteristik yang khusus baik dari segi sosial, kognitif, emosi, bahasa serta fisik motorik, sehingga anak pada masa dalam perkembangan yang sangat pesat sehingga membutuhkan stimulasi.

Dari teori – teori di atas peneliti menyimpulkan bahwa pada hakikatnya anak usia dini itu unik  yang memiliki bawaan, minat, kapabilitas, latar belakang kehidupan dan berkembang sangat pesat sehingga membutuhkan stimulasi yang menunjang perkembangannya sesuai dengan aspek-aspek perkembangannya.

  1. b.      Perkembangan anak usia dini

Perkembangan anak usia dini akan berkesinambungan secara progresif dari masa kelahiran sampai usia 6 tahun yang memiliki karakteristik berbeda-beda.

Karakteristik perkembangan anak usia menurut Bredekamp, dkk dalam Ramli (2005:68) adalah sebagai berikut :

1)      Perkembangan aspek fisik, sosial, emosional, dan kognitif anak saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain.

2)      Perkembangan fisik/motorik, emosi, sosial, bahasa, dan kognitif anak terjadi dalam suatu urutan tertentu yang relative dapat diramalkan.

3)      Perkembangan berlangsung dalam rentang yang bervariasi antar anak dan antar bidang pengembangan dari masing-masing fungsi.

4)      Pengalaman awal anak memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap perkembangan anak.

5)      Perkembangan anak berlangsung ke arah yang makin kompleks, khusus, terorganisasi dan terinternalisasi.

6)      Perkembangan dan cara belajar anak terjadi dan dipengaruhi oleh konteks sosial budaya yang majemuk.

7)      Anak adalah pembelajar aktif, yang berusaha membangun pemahamannya tentang tentang lingkungan sekitar dari pengalaman fisik, sosial, dan pengetahuan yang diperolehnya.

8)      Perkembangan dan belajar merupakan interaksi kematangan biologis dan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

9)      Bermain merupakan sarana penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak serta menggambarkan perkembangan anak.

10)  Perkembangan akan mengalami percepatan bila anak berkesempatan untuk mempraktikkan berbagai keterampilan yang diperoleh dan mengalami tantangan setingkat lebih tinggi dari hal-hal yang telah dikuasainya.

11)  Anak memiliki modalitas beragam (ada tipe visual, auditif, kinestetik, atau gabungan dari tipe-tipe itu) untuk mengetahui sesuatu sehingga dapat belajar hal yang berbeda pula dalam memperlihatkan hal-hal yang diketahuinya.

12)  Kondisi terbaik anak untuk berkembang dan belajar dalam dalam komunitas yang menghargainya, memenuhi kebutuhan fisiknya, dan aman secara fisik dan fisiologis.

Menurut Ramli (2005:85) teori-teori perkembangan anak usia dini adalah sebagai berikut :

1)      Teori psikoseksual

Bahwa kepribadian anak dibentuk pada usia 5/6 tahun pertama kehidupannya saat anak menangani konflik antara dorongan biologis seksual dan tuntutan masyarakat.

2)      Teori psikososial

Bahwa perkembangan anak sangat dipengaruhi konteks sosial tempat anak hidup,seperti konteks keluaarga dan sekolah.

3)      Teori behavioristik

Bahwa Mengaplikasikan prinsip-prinsip belajar dalam psoses perkembangan tingkah laku anak.

4)      Teori perkembangan kognitif

Bahwa membahas perkembangan anak ditinjau dari segi kemampuan berpikir dan memperoleh pengetahuan.

5)      Teori kematangan

Bahwa anak hendaknya diberi kesempatan untuk”mekar”.

Rentang masa perkembangan anak usia dini menurut Aristoteles dalam Santoso (2007:1.13) yaitu :

1)      Fase I adalah usia 0 tahun sampai 7 tahun

Fase ini disebut masa anak kecil, masa bermain.

2)      Fase II adalah usia 7 tahun sampai dengan 14 tahun

Fase ini disebut masa anak, masa belajar dan masa sekolah rendah.

3)      Fase III adalah usia 14 tahun sampai dengan 21 tahun

Fase ini disebut masa remaja atau masa pubertas.

Jadi dari teori-teori perkembangan anak usia dini di atas peneliti menyimpulkan bahwasannya anak akan bisa berkembang dengan pesat sesuai dengan karakteristik perkembangannya serta kematagan dari anak tersebut yang didukung oleh interaksi dari lingkungan sekitar anak usia dini.

  1. 2.      Hakikat Bahasa Anak Usia Dini
    1. a.      Pengertian Bahasa

Mengingat bahasa itu merupakan suatu lambang, maka manusia dapat berfikir dan berbicara tentang sesuatu yang abstrak disamping yang konkret. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa bahasa anak adalah bahasa yang dipakai anak untuk menyampaikan keinginan, pikiran, harapan, permintaan dan lain-lain untuk kepentingan pribadinya. Anak pada umumnya memakai bahasa dalam kehidupannya untuk memenuhi kepentingan individu anak itu sendiri . Anak–anak sebelum memasuki dunia pendidikan (masuk sekolah) ada kecenderungan menggunakan bentuk–bentuk bahasa yang hanya mampu dipahami oleh orang tuanya dan orang–orang yang terdekatnya saja, sehingga anak dengan orang lain disekitarnya  pun susah berkomunikasi dengan anak tersebut.

Setiap anak yang lahir dengan panca indra yang lengkap sepertinya sukses memperoleh bahasa. Pada usia antara dua dan tiga tahun biasanya anak sudah bisa membentuk kalimat yang dapat dipahami oleh orang dewasa. Mungkin pelafalannya masih belum pas, tapi struktur bahasanya sudah baik.

Bahasa dapat diartikan sebagai suatu komunikasi yang menggunakan cara apapun yang ditempuh dalam rangka pertukaran informasi oleh dua individu. Dengan berbahasa seseorang dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya, kepekaan sosial dan kematangan sosial.

Pengertian bahasa menurut Suhartono (2005:8) menyatakan:

 

“Pada dasarnya bahasa itu merupakan rangkaian bunyi yang melambangkan pikiran,perasaan serta sikap manusia“. Jadi, bahasa dapat dikatakan sebagai lambang. Dalam pemakaiannya, lambang itu digunakan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan.”

 

Dikemukakan Badudu dalam Dhieni (2006:1.11) bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya. Sebagaimana dikemukakan Bromley dalam Dhieni (2006:1.11) bahasa sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari symbol-simbol visual maupun verbal. Simbol-simbol visual tersebut dapat dilihat, ditulis, dan dibaca, sedangkan simbol-simbol verbal dapat diucapkan dan didengar. Sehingga dengan pernyataan diatas anak dapat memanipulasi dan meniru simbol-simbol tersebut dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuan berfikirnya.

Dari teori-teori di atas dapat dikatakan bahwasannya bahasa itu adalah segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan seseorang disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain sehingga terjalinlah suatu proses berpikir pada saat berinteraksi.

Kemampuan berbahasa sebagaimana halnya kemampuan berjalan, merupakan bagian dari perkembangan manusia yang dipengaruhi oleh kematangan Teori nativis dalam Dhieni (2006:2.3). Seperti hal lainnya menurut Teori behavioristik dalam Dhieni (2006:2.3) menyatakan bahwa dengan melalui pembiasaan dari lingkungan dan merupakan hasil imitasi. Kemudian anak berfikir sebagai prasyarat berbahasa terus berkembang sebagai hasil dari pengalaman dan penalaran, ini sesuai dengan teori kognitif dalam Dhieni (2006:2.3).

Dari teori-teori dalam pengembangan bahasa seperti nativis, behavioristik dan teori kognitif tersebut pada hakikatnya tujuannya untuk mengembangkan bahasa namun yang membedakan itu dari segi kemampuan anak yang berbeda-beda dalam menghadapi pengaruh-pengaruh dalam pengembangan bahasa anak tersebut.

 

 

  1. b.      Fungsi bahasa bagi anak

Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat untuk berkomunikasi. Jika kita mengkaji fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dalam masyarakat maka dapat kita bedakan fungsi bahasa itu menjadi dua yaitu fungsi perorangan dan fungsi kemasyarakatan.

Fungsi perorangan dalam kajian Halliday dalam Suhartono (2005:9) yaitu suatu pemakaian bahasa atas dasar individu anak yang masih kecil dan mengklasifikan bahwa anak – anak terbagi menjadi tujuh fungsi yaitu:

1)      Fungsi instrumental

Terdapat dalam ungkapan bahasa, termasuk bahasa bayi, untuk meminta sesuatu (makanan, barang dan sebagainya).

2)      Fungsi menyeluruh

Menyeluruh maksudnya adalah ungkapan untuk menyuruh orang lain berbuat sesuatu.

3)      Fungsi interaksi

Ungkapan yang menciptakan sesuatu iklim untuk hubungan antar pribadi. Fungsi kepribadian (personal) ialah yang terdapat dalam ungkapan yang menyatakan atau  mengakhiri partisipasi

4)      Fungsi pemecahan masalah

Ungkapan yang meminta atau menyatakan jawab kepada suatu masalah persoalan

 

5)      Fungsi khayalan

Ungkapan yang mengajak pendengar untuk berpura-pura atau simulasi suatu keadaan seperti yang dilakukan anak – anak kalau menyanyikan tentang seekor kupu-kupu.

Bromley dalam Dhieni (2006:1.19) menyatakan bahwa empat macam bentuk berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis selanjutnya ditambahkan bahwa bahasa juga mempunyai 5 fungsi yaitu :

1)      Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutukan individu

Anak usia dini belajar kata-kata yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan utama mereka.

2)      Bahasa dapat mengubah dan mengontrol prilaku

Anak-anak belajar bahwa mereka dapat mempengaruh lingkungan dan mengarahkan prilaku orang dewasa dengan menggunakan bahasa.

3)      Bahasa membantu perkembangan kognitif

Ketika kita menulis atau membicarakan sebuah topik, kita menjelaskan ide-ide sekaligus menghasilkan pengetahuan baru

4)      Bahasa membantu mempererat interaksi dengan orang lain

Bahasa berperan dalam memlihara hubungan anda dengan orang sekitar anda.

 

 

5)      Bahasa mengekspesikan keunikan individu

Anak mengungkapkan pendapat dan perasaan pribadi dengan cara yang berbeda dari orang lain.

Dari berbagai pendapat para ahli tersebut peneliti menyimpulkan jika anak dapat berbahasa dengan baik, perlu latihan dari kata-kata yang terucapkan dan selalu mendengar kata-kata yang diucapkan oleh orang-orang di sekitar lingkungan. Sehingga anak dapat berbicara dengan baik dan paham tentang bahasa yang akan diucapkan oleh anak tersebut.

  1. c.       Aspek-Aspek Perkembangan Bahasa anak

Anak TK berada dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif. Hal ini berarti bahwa anak telah dapat mengungkapkan keinginannya, penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan. Bahasa lisan sudah dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi.

Menurut Jamaris (2006:30) menyatakan bahwa dalam meningkatkan perkembangan bahasa anak terdapat 4 aspek yang berkaitan dengan perkembangan bahasa anak yaitu:

1)        Kosa kata

Seiring dengan perkembangan anak dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungannya, kosa kata anak berkembang.

2)        Sintak (tata bahasa)

Anak belum mempelajari tata bahasa akan tetapi melalui contoh-contoh berbahasa yang didengar dan dilihat anak dilingkungannya.

3)      Semantik

Semantik maksudnya penggunaan kata sesuai dengan tujuannya.  Anak-anak sudah dapat mengekspresikan keinginan, penolakan dan pendapatnya dengan mengguanakan kata-kata dan kalimat yang tepat

4)      Fonem

Anak-anak sudah memiliki kemampuan untuk merangkaikan bunyi yang didengarkan menjadi salah satu kata yang menggandung arti.

Tadkiroatun (2005:56) menyatakan bahwa dalam meningkatkan perkembangan bahasa anak terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan pada masa usia taman kanak-kanak yaitu :

1)      Perkembangan kosakata

Pada saat memasuki usia TK anak telah mengakuisisi sekitar 300 kata, secara garis besar kata-kata tersebut meliputi : kata benda, kata kerja, kata sifat dan kata kunci

2)      Perkembangan struktur anak mengikuti angka tahun pertumbuhannya

Anak berusia 4 tahun umumnya menghasilkan ujaran empat kata dalam setiap kalimat dan menjadi lima kata dalam usia 5 tahun

3)      Perkembangan pragmatik

Berarti mengajarkan tentang konvensi bertutur pada anak, secara pragmatik dapat dikatakan bahwa anak-anak masa kini mengalami kesulitan berkomunikasi secara sopan, sehingga mereka kehilangan kepekaan berkomunikasi.

Dari aspek-aspek perkembangan bahasa di atas peneliti menyimpulkan bahwa  kebiasaan lisan melalui kegiatan bernyanyi dapat menambah kosakata anak secara tidak langsung sehingga kegiatan bernyanyi sangat efektif dilakukan sejak dini.

Adapun indikator dari perkembangan bahasa pada isi kurikulum  2010 yaitu:

1)      Menerima Bahasa

Indikatornya yaitu melakukan 3- 5 perintah secara berurutan dengan benar, meniru kembali 4- 5 urutan kata, menirukan kalimat sederhana, mengulang kalimat yang telah didengarnya, dan mentaati aturan permainan.

2)      Mengungkapkan Bahasa

Indikatornya yaitu menjawab pertanyaan tentang keterangan/ informasi, menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana, berapa, bagaimana, dan sebagainya, menyebutkan berbagai bunyi/ suara tertentu, menyanyikan lebih dari 20 lagu anak- anak, menceritakan pengalaman/ kejadian secara sederhana.

  1. 3.      Hakikat  bernyanyi
    1. a.      Pengertian bernyanyi

Kamtini (2005:113) Bernyanyi merupakan sarana pengungkapan pikiran dan perasaan, sebab kegiatan bernyanyi penting bagi pendidikan anak–anak selain itu bernyanyi adalah kegiatan menyenangkan yang memberi kepuasan kepada anak- anak.

Masitoh, dkk (2007:11.8) Bernyanyi pada dasarnya merupakan bakat alamiah yang dimiliki oleh seorang individu. Sejak lahir bayi telah mulai mengenal suara,ritme atau melodi melalui lagu yang dilantunkan oleh ibunya. Di taman kanak-kanak bernyanyi merupakan kegiatan yang dapat di integrasikan dalam pembelajaran.

Berdasarkan teori-teori di atas penulis menyimpulkan bahwa Bernyanyi merupakan salah satu kegiatan yang sangat digemari oleh anak-anak. Hampir setiap anak sangat menikmati lagu-lagu atau nyanyian yang didengarkan, lebih-lebih jika nyanyian tersebut dibawakan oleh anak-anak seusianya dan diikuti dengan gerakan-gerakan tubuh yang sederhana.

Melalui kegiatan bernyanyi suasana pembelajaran akan lebih menyenangkan, menggairahkan, membuat anak bahagia, menghilangkan rasa sedih, anak-anak merasa terhibur, dan lebih bersemangat. Dengan bernyanyi potensi belahan otak kanan dapat dioptimalkan, sehinggga pesan-pesan yang kita berikan akan lebih lama mengendap di memori anak (ingatan jangka panjang), dengan demikian anak akan selalu ingat kata demi kata yang diterimanya.

  1. b.      Fungsi bernyanyi

Kamtini (2005:118) Melalui bernyanyi dapat memiliki fungsi sebagai berikut :

1)      Menambah pemberdaharaan bahasa, berbuat kreatif, berimajinasi.

2)      Bermain bersama, mematuhi aturan permainan, tidak mementingkan diri sendiri (sosial).

3)      Menyalurkan emosi ,menimbulkan rasa senang (emosi)

4)      Melatih otot badan, mengkordinasikan gerak tubuh (psikomotorik).

Menurut Fathur (2010:148) Nyanyian adalah bagian dari musik, berfungsi sebagai alat untuk mencurahkan pikiran dan perasaan untuk berkomunikasi. Pada hakekatnya nyanyian bagi anak- anak adalah berfungsi sebagai berikut :

1)      Bahasa emosi : Dengan menyanyi seorang anak dapat mengungkapkan perasaannya, rasa senang, lucu, kagum, haru dan sebagainya

2)      Bahasa nada : Bagi anak, nyanyian dapat didengar, dapat dinyanyikan dan dikomunikasikan sebagai bahasa ekspresi

3)      Bahasa gerak : Gerak pada nyanyian tergambar pada birama gerak atau ketukan yang teratur, irama dan pada melodi

Peneliti menyimpulkan bahwa fungsi dari bernyanyi itu akan menambah pemberdaharaan bahasa anak serta meyalurkan emosi dari anak sehingga mampu berimajinasi dan kreatif sehingga anak dapat berkembang dengan pesat.

 

 

  1. c.       Kegiatan bernyanyi anak usia dini

Satibi (2006:11.13) mengungkapkan bahwa kegiatan bernyanyi bagi anak usia taman Kanak-kanak tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan sehari-hari. Baik anak yang berbakat ataupun tidak mereka pada dasarnya senang bernyanyi. Bernyanyi adalah ekspresi perasaan senang seseorang yang di ungkapkan melalui nada dan syair.

Menurut Jamalus (1988 : 46) kegiatan bernyanyi adalah merupakan kegiatan dimana kita mengeluarkan suara secara beraturan dan berirama baik iringan musik tanpa iringan musik. Bernyanyi berbeda dengan berbicara, bernyanyi memerlukan teknik- teknik tertentu sedangkan berbicara tanpa perlu menggunakan teknik tertentu. Bagi anak kegiatan bernyanyi adalah kegiatan menyenangkan bagi mereka dan pengalaman bernyanyi memberikan kepuasan kepadanya, bernyanyi juga merupakan alat bagi anak untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya.

Peneliti menyimpulkan bahwa Kegiatan bernyanyi yang sesuai akan menambah secara berangsur pemberdaharaan kata anak dan melenturkan anak dalam mengucapkan kata–kata. Sehingga kegitan bernyanyi itu sangat berperan dalam bahasa anak. Hal ini dikarenakan bahasa mempunyai beberapa komponen antara lain kosakata, pengucapan dan pemaknaan. Memperoleh pemahaman yang bermakna, unsur-unsur musik itu haruslah diberikan melalui kegiatan utamanya adalah bernyanyi. Guru dapat memilih lagu-lagu yang sudah dikenal anak, atau lagu baru yang mudah untuk diajarkan, lagu itu disebut sebagai lagu model dan digunakan sebagai sumber pembahasan unsur-unsur nyanyian yang terkandung didalamnya.

Nyanyian disini merupakan bagian kehidupan dan perkembangan jiwa setiap manusia. Sejak di dalam kandungan seorang anak telah memiliki beberapa aspek yang berkaitan dengan musik. Aspek itu diterima dan dipengaruhi oleh berbagi pengalaman yang bersifat natural atau alami dalam proses kehidupannya. Sehingga sebuah nyanyian atau lagu itu dapat berdampak kedalam diri seseorang.

bermain anak usia dini

HAKIKAT BERMAIN PADA ANAK USIA DINI

 

  1. A.   Pengertian Bermain

Bermain adalah kegiatan yang anak – anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan”.[1] Bermain merupakan setiap kegiatan yang dilakukan mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada tekanan atau paksaan”.[2].

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang –  ulang dan menimbulkan kesenangan atau kepuasan bagi diri seseorang”.[3] Bermain adalah suatu kegiatan atau tingkah laku yang dilakukan anak secara sendirian atau berkelompok dengan menggunakan alat atau tidak untuk mencapai tujuan tertentu”.[4].

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan yang dilakukan secara spontan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir yang menimbulan kesenangan kepuasan tersendiri.

 

  1. B.   Karakteristik bermain bagi anak usia dini

Karakteristik bermain bagi anak sebagai berikut:

  1. Bermain relatif bebas dari aturan – aturan, kecuali anak – anak membuat aturan mereka sendiri;
  2. Bermain dilakukan seakan – akan kegiatan itu dalam kehidupan nyata (bermain drama);
  3. Bermain lebih menfokuskan pada kegiatan atau perbuatan dari pada hasil akhir atau produknya;
  4. Bermain memerlukan interaksi dan keterlibatan anak – anak.[5]

Jeffre, McConkey dan Hewson terdapat enam karakteristik kegiatan bermain pada anak yang perlu dipahami oleh stimulator yaitu :

  1. Bermain muncul dari dalam diri anak
  2. Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat, kegiatan untuk dinikmati
  3. Bermain adalah aktifitas nyata atau sesungguhnya
  4. Bermain harus difokuskan pada proses dari pada hasil
  5. Bermain harus didominasi oleh pemain
  6. Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain[6]

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik bermain itu aktifitas total yang langsung pada diri sendiri dari dalam diri anak, yang mengutamakan proses dari pada hasil.

 

  1. C.   Teori Bermain

Teori klasik menerangkan bahwa ada empat alasan mengapa anak suka bermain dengan dasar sebagai berikut :

  1. Kelebihan energy
  2. Rekreasi dan relaksasi
  3. Instink
  4. Rekapitulasi [7]

 

Teori modern dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :

  1. Teori psikoanalitik

Teori ini menerangkan bahwa bermain merupakan alat pelepas emosi (freud, 1958). Bermain juga mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan sosialnya (Erickson, 1963)

  1. Teori perkembangan kognitif

Teori ini menerangkan bahwa berman merupakan bagian dari perkembangan kognitif anak (bruner, 1972; Piaget, 1961; Sutton-smith, 1986).

  1. Teori belajar sosial

Piaget menemukan bahwa bermain dimulai dari bermain sendiri sampai bermain secara kooperatif yang menunjukkan adanya perkembangan sosial anak. Vygotsky (1967) menyatakan bahwa pada saat bermain anak menunjukkan kemampuan di atas biasanya, di atas perilaku kesehariannya, dan seakan – akan ia lebih tinggi dari yang sebenarya.[8]

  1. D.   Tahapan perkembangan bermain anak usia dini

Perkembangan bermain dalam kaitannya dengan perkembangan kognitif menurut jean piaget dan teori mildret parten yang mengaitkan perkembangan bermain anak dengan perkembangan sosialnya”.[9]

Guru perlu mengetahui bahwa pada umumnya anak akan melalui tingkatan atau tahap – tahap bermain sebagai berikut :

  1. Tahap manipulatif

Tahap ini dapat dilihat pada anak usia 2 – 3 tahun. Dengan alat – alat atau benda benda yang ia pegang, anak melakukan penyelidikan dengan cara membolak – balik, meraba – raba, bahkan menjatuhkan lalu melempar dan memungut kembali dan sebagainya. Disini anak akan mengenal sifat dan fungsinya.

  1. Tahap simbolis

Pada tahap ini anak masih melakukan tahap manipulatif dan sudah terlihat anak yang berbicara sendiri sesuai dengan fantasinya.

  1. Tahap eksplorasi

Pada tahap ini sudah bermain sendiri, ia lebih senang tidak berteman dalam bermain.

  1. Tahap eksperimen

Setelah anak – anak memperoleh pengalaman baru dalam tahap sebelumnya, mereka mulai melakukan percobaan-percobaan, yang berarti mereka memasuki tahap eksperimen

  1. Tahap dapat dikenal

Anak usia 5 – 6 tahun pada umumnya telah mencapai tahapan bermain ini, yaitu membangun bentuk yang realistis, bentuk – bentuk yang sudah dikenal atau dilihat dalam kehidupannya sehari – hari.[10]

 

Tahapan perkembangan bermain pada anak menurut adalah sebagai berikut;

  1. Unoccupied atau tidak menetap

Anak hanya melihat anak lain bermain, tetapi tidak ikut bermain. Anak pada tahap ini hanya mengamati sekeliling dan berjalan – jalan, tetapi tidak terjadi interaksi dengan anak yang bermain.

  1. Onlooker atau penonton / pengamat

Pada tahap ini anak belum mau terlibat untuk bermain, tetapi anak sudah mulai bertanya dan lebih mendekat pada anak yang sedang bermain dan anak sudah mulai mucul ketertarikan untuk bermain.setelah mengamati anak biasanya dapat mengubah caranya bermain

  1. Solitary independent play atau bermain sendiri

Tahap ini anak sudah mulai bermain, tetapi bermain sendiri dengan mainanya, terkadang anak berbicara temannya yang sedang bermain, tetapi tidak terlibat dengan permainan anak lain.

  1. Parallel activity atau kegiatan parallel

Anak sudah bermain dengan anak lain tetapi belum terjadi interaksi dengan anak lainnya dan cenderung menggunakan alat yang ada di dekat anak yang lain.

  1. Associative play atau bermain dengan teman

Pada tahap ini terjadi interaksi yang lebih kompleks pada anak. Dalam tahap ini bermain sudah mulai saling mengingatkan satu sama lain.

  1. Cooperative or organized supplementary play atau kerja sama dalam bermain atau dengan aturan.[11]

Anak bekerja sama dengan anak lain untuk membangun sesuatu, terjadi persaingan, membentuk permainan drama dan biasanya dipengaruhi oleh anak yang memiliki pengaruh atau adanya pemimpin dalam bermain.

 

  1. E.   Klasifikasi dan jenis bermain

Adapun jenis permainan yang dapat dikembangkan di dalam program pembelajaran anak usia dini dapat digologkan kedalam berbagai  jenis permainan seperti yang dikemukakan oleh Jefree, Conkey dan Hewson (dalam Yuliani Nurani 2012: 146) yaitu sebagai berikut :

  1. Permainan eksploratif
  2. Permainan dinamis
  3. Permainan dengan keterampilan
  4. Permainan sosial
  5. Permainan imajinatif
  6. Permainan teka – teki

 

Selain jenis permainan tersebut di atas, yang dimaksud dengan permainan kreatif merujuk pada paparan lopes  menyatakan bahwa permainan kreatif dapat diklasifikasikan dalam :

  1. Kreasi terhadap objek
  2. Cerita bersambung
  3. Permainan drama kreatif
  4. Gerakan kreatif
  5. Pertanyaan kreatif.[12]

 

  1. F.    Fungsi bermain bagi anak usia dini

Dalam kegiatan bermain terdapat berbagai kegiatan yang memiliki dampak terhadap perkembangannya sehingga dapat diidentifikasi bahwa fungsi bermain antara lain:

  1. Dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak, melatih motorik halus, motorik kasar dan keseimbangan karena ketika bermain fisik anak juga memahami bagaimana kerja tubuhnya
  2. Dapat mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang lain, kemamandirian dan keberanian untuk berinisiatif karena saat bermain anak sering bermain pura-pura menjadi orang lain, binatang atau karakter orang lain
  3. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya karena melalui bermain anak seringkali melakukan eksplorasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya sebagai wujud rasa keingintahuan
  4. Dapat mengembangkan kemandiriannya dan menjadu dirinya sendiri karena melalui bermain anak selalu bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil keputusan dan berlatih peran sosial sehingga anak menyadari kemampuan serta kelebihannya.[13]

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

http://mrc1.wordpress.com/2008/06/11/bermain-arti-pentingnya-bagi-anak-usia-dini/

Montolalu, B.E.F. Bermain dan permainan anak. Jakarta: Universitas Terbuka. 2008.

 

Santoso, Soegeng. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Citra pendidikan. 2002.

 

Sujiono, Yuliani Nurani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks, 2012.

 

___________________. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks, 2010.

 

Suyanto, Slamet. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. 2005.

 

 


[1] Mayesti di dalam Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: PT indeks,2012) h.144.

[3] Ibid.,h.144

[4] Soegeng santoso, Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Citra pendidikan, 2002) h.46

[5] Montolalu, Bermain dan Permainan Anak Usia Dini (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008) h.1.2-1.3

[6] Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: PT Indeks,2012) h.146

[7] Slamet Suyanto, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.(Jakarta: Depdiknas,2005) h. 119-120

[8] Slamet Suyanto, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.(Jakarta: Depdiknas,2005) h.121

[9] Montolalu, Bermain dan Permainan Anak Usia Dini (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008) h.2.17

[10] Montolalu, Bermain dan Permainan Anak Usia Dini (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008) h. 2.14

[11] Parten dan Rogers di dalam Yuliani Nurani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. h.147-148

[12] Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: PT Indeks,2012) h. 147

[13] Yuliani Nurani Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. (Jakarta: PT Indeks,2010. h.36

filsafat pendidikan

  1. Jelaskan hubungan Filsafat dengan agama?

Jawaban :

Filsafat dan agama secara umum merupakan pengetahuan. Jika agama merupakan pengetahuan yang berasal dari wakyu, filsafat sendiri adalah hasil dari pemikiran manusia.Dasar-dasar agama merupakan pokok-pokok kepercayaan ataupun konsep tentang ketuhanan, alam, manusia, baik buruk, hidup dan mati, dunia dan akhirat. Dan lain-lain. Sedangkan filsafat adalah sistem kebenaran tentang agama sebagai hasil berfikir secara radikal, sistematis dan universal.

Filsafat itu mencari kebenaran sedangkan agama yang mendasari kebenaran itu. Filsafat dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflesif dengan manusia Agama dapat menjadi petunjuk, pegangan serta pedoman hidup bagi manusia dalam menempuh hidupnya dengan harapan penuh keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan. Manakala manusia menghadapi masalah yang rumit dan berat, maka timbullah kesadaranya, bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak berdaya untuk mengatasinya dan timbulnya kepercayaan dan keyakinan bahwa yang dapat menolong dan menangkan hidupnya adalah Tuhan Sang Pencipta. Keduanya tidak bisa berkembang apabila tidak ada alat dan tenaga utama yang berada dalam diri manusia. Tiga alat dan tenaga utama manusia adalah akal pikiran, rasa, dan keyakinan. Tuhan adalah realitas yang tertinggi dan paling sempurna. Tuhan tidak mencipta sesuatu dari yang tidak ada, tetapi dari sesuatu yang disebut “Dzat Primordial” yang berisikan seluruh unsur asli alam. Sebagai salah satu ciptaannya kita sebagai manusia di ciptakan adalah untuk beribadah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keimanan agama adalah sumber motivasi dan pemicu yang kuat untuk mendorong seseorang melakukan penelitian dan pengkajian yang mendalam terhadap ajaran-ajaran doktrinal agama, lebih jauh, keimanan sebagai sumber inspirasi lahirnya berbagai ilmu dan pengetahuan.  Kesempurnaan iman dan kedalaman pengahayatan keagamaan seseorang adalah berbanding lurus dengan pemahaman rasionalnya terhadap ajaran-ajaran agama, semakin dalam dan tinggi pemahaman rasional maka semakin sempurna keimanan dan semakin kuat apresiasi terhadap ajaran-ajaran agama. Baik agama maupun filsafat pada dasarnya mempunyai kesamaan dalam tujuan, yakni mencapai kebenaran yang sejati.

  1. Aliran berfikir filsafat pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu empirisme dan rasionalisme. Empirisme mengunakan pengalaman indera untuk memperoleh pengetahuan, sedangkan rasionalisme mengunakan kekuatan berfikir abstraksi dalam mengkonstruksi  pengetahuan. Jelaskan hubungan antara empirisme dengan berfikir positivistik dan antara rasionalisme dengan system logika.

Jawaban :

Empirisme berasal dari kata Yunani yaitu emperia yang berarti pengalaman inderawi. Oleh karena itu, empirisme dinisbatkan kepada paham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan dan yang dimaksudkan dengannya adalah baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia.

Berpikir positivistik mengandalkan kemampuan pengamatan langsung(empiris), Penalaran yang di gunakan adalah induktif. Model pendekatan positivistik diilhami oleh gerakan keilmuan masa modern, yang mengharuskan adanya kepastian didalam suatu kebenaran. Positivistik adalah filsafat yang menyatakan keutamaan observasi dalam menilai kebenaran pernyataan atau fakta dan menolak  aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.

Jadi hubungan antara empirisme dengan berpikir positivistik adalah empirisme pada pengalaman indrawi dalam memperoleh suatu pengetahuan dan berpikir positivistic yang melalui pengamatan-pengamatan observasi atau data-data empiris untuk menilai kebenaran itu. Jadi disini sama – sama menggunakan pengalaman indrawi dalam menemukan sebuah pengetahuan.

Rasionalisme merupakan aliran filsafat yang sangat mementingkan rasio. Dalam rasio terdapat ide-ide dan dengan itu orang dapat membangun suatu ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan realitas di luar rasio.

Sistem logika adalah komponen yang merumuskan tentang hukum-hukum, asas-asas, aturan-aturan atau kaidah-kaidah tentang berpikir yang harus ditaati supaya kita dapat berpikir tepat dan mencapai kebenaran.

Jadi hubungan antara rasionalisme dengan system logika adalah memberikan penerangan bagaimana orang seharusnya berpikir, dan obyek forma logika adalah mencari jawaban tentang bagaimana manusia dapat berpikir dengan semestinya.

  1. Filsafat  ilmu pada dasarnya adalah cara untuk membuktikan kebenaran. Sedang penelitian  juga merupakan wahana  untuk menguji kebenaran. Jelaskan keterkaitan berfikir positivistik dan post positivistik dalam metodologi penelitian.  Berikan argumentasi dengan contoh-contoh.

JAWABAN :

Berpikir positivistik adalah berpikir manusia tidak pernah mengetahui lebih dari fakta-fakta, atau apa yang nampak, manusia tidak pernah mengetahui sesuatu dibalik fakta-fakta tersebut. Sedangkan post positivistik suatu ilmu memang betul mencapai objektivitas apabila telah diverifikasi oleh berbagai kalangan dengan berbagai cara atau metode.  Jadi keterkaitan antara berpikir positivistic dengan post positivistic itu adalah fakta – fakta yang diamati pada observasi dalam berpikir positivistic itu akan diverivikasi lagi dengan berbagai cara serta metode – metode sesuai dengan berpikir post positivistic. Jadi saling terkait karena post positivistic yang akan menverikasi lagi dari proses berpikir positivistic. Sehingga data – data yang kita dapatkan dari sebuah penelitian itu  kita verifikasi lagi dengan metode – metode yang ada.

Untuk selanjutnya memilih metodologi dalam memperoleh pengetahun tersebut sesuai dengan alur yang telah kita dapatkan, bagaimana kita telah menemukan suatu pendekatan dalam berpikir, contohnya berpikir yang positivistik atau post-positivistik untuk selanjutnya di terapkan dalam berpikir, menganalisa dan membuat kerangka dan penelitian yang dapat membantu proses perkembangan ilmu itu sendiri.

Contohnya, pada penelitian yang membahas faktor – faktor yang menyebabkan rendahnya angka partisipasi sekolah di Indonesia, dilihat dari berpikir positivistic, disini kita hanya melihat dari pengamatan saja apa yang menyebabkan rendahnya partisipasi sekolah tersebut sedangkan pada berpikir post positivisme ini kita akan menganalisa dan membuat kerangka teori dari faktor – faktor yang menyebabkan rendahnya angka partisipasi sekolah kemudian memverikasinya.

  1. Jelaskan peran penting apriori dalam melakukan kegiatan berfikir rasionalistik. Apakah yang akan terjadi bila seseorang melakukan kegiatan berfikir rasionalistik dengan tanpa apriori terlebih dahulu?

Jawaban :

Rasionalisme meyakini bahwa sejumlah ide atau konsep adalah terlepas dari pengalaman dan bahwa kebenaran itu dapat diketahui hanya dengan nalar.

Apriori adalah pengetahuan yang tidak didasarkan pengalaman, seperti kucing adalah hitam, yang secara mutlak benar menurut definisininya. Ini merupakan statemen analitik (atau secara umum dikatakan demikian, sebuah tautology penolakan terhadap kebenarannya dapat muncul dari kontradiksi. Apriori cara kerjanya berada ruang lingkup ilmu-ilmu pasti yang biasanya disebut dengan cara “deduksi”, karena lingkup mendahului adanya kenyataan itu [prius], maka sangat mengandalkan “rasio” rasionalisme. Apriori sangat berperan penting karena kita harus apriori dulu dalam memberi penalaran itu. Kegiatan berpikir tanpa apriori pemikiran logis akal budi tidak dapat terlaksana dengan baik.

  1. Anda calon magister pendidikan anak usia dini yang akan mengembangkan ilmu pendidikan anak usia dini. Coba buat konstruksi  Filsafat ilmu pengetahuan, dalam hal ini ilmu pendidikan anak usia dini. Meliputi aspek ontology, aspek epistemology mengenai hakekat ilmu pendidikan anak usia dini. Bagaimana anda membuktikan kebenaran ilmu tersebut dari aspek aksiologi? Apakah manfaat pendidikan anak usia dini?

Jawaban :

Ontologi adalah Ilmu yang mempelajari dan mengkaji lingkup apa yang dikaji oleh suatu ilmu, misalnya pada pendidikan anak usia dini. Sebagai contoh yaitu konsep bermain bagi anak usia dini

Bermain adalah kegiatan yang anak – anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. Bermain merupakan setiap kegiatan yang dilakukan mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada tekanan atau paksaan

Karakteristik bermain bagi anak sebagai berikut:

  1. Bermain relatif bebas dari aturan – aturan, kecuali anak – anak membuat aturan mereka sendiri;
  2. Bermain dilakukan seakan – akan kegiatan itu dalam kehidupan nyata (bermain drama);
  3. Bermain lebih menfokuskan pada kegiatan atau perbuatan dari pada hasil akhir atau produknya;
  4. Bermain memerlukan interaksi dan keterlibatan anak – anak.

Epistemology yaitu teori tentang pengetahuan, merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mencari cara atau metode untuk dapat menemukan kebenaran secara sah.

Teori klasik menerangkan bahwa ada empat alasan mengapa anak suka bermain dengan dasar sebagai berikut :

  1. Kelebihan energy
  2. Rekreasi dan relaksasi
  3. Instink
  4. Rekapitulasi

Teori modern dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :

  1. Teori psikoanalitik

Teori ini menerangkan bahwa bermain merupakan alat pelepas emosi (freud, 1958). Bermain juga mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan sosialnya (Erickson, 1963)

  1. Teori perkembangan kognitif

Teori ini menerangkan bahwa berman merupakan bagian dari perkembangan kognitif anak (bruner, 1972; Piaget, 1961; Sutton-smith, 1986).

  1. Teori belajar sosial

Piaget menemukan bahwa bermain dimulai dari bermain sendiri sampai bermain secara kooperatif yang menunjukkan adanya perkembangan sosial anak. Vygotsky (1967) menyatakan bahwa pada saat bermain anak menunjukkan kemampuan di atas biasanya, di atas perilaku kesehariannya, dan seakan – akan ia lebih tinggi dari yang sebenarnya.

Aksiologi adalah tentang nilai membicarakan guna pengetahuan itu.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 Tahun 2009 Tentang Standar PAUD, stantar pendidikan PAUD dibagi menjadi 4 kelompok yaitu: (1) Standar tingkat pencapaian perkembangan; (2) Standar pendidik dan tenaga kependidikan; (3) Standar isi, proses, dan penilaian; dan (4) Standar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.

Standar tingkat pencapaian perkembangan menyangkut tingkat pencapaian perkembangan yang menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia tertentu. Perkembangan anak yang dicapai antara lain aspek pemahaman nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa dan sosial emosional. Sedangkan pada aspek pertumbuhan melalui pemantauan kesehtan dan gizi anak. Pada tingkat pencapaian perkembangan ini usia anak dikelompokkan berdasarkan tahapan usia anak yaitu tahap usia 0-<2 tahun, tahap usia 2-<4 tahun dan tahap usia 4-≤ 6 tahun.

Standar pendidik dan tenaga kependidikan, pendidik PAUD pada jalur formal terdiri dari guru dan guru pendamping sedangkan jalur pendidik non formal terdiri dari guru, guru pendamping dan pengasuh. Untuk tenaga kependidikan pada PAUD jalur pendidikan formal terdiri dari pengawas, kepala TK, tenaga administrasi dan petugas kebersihan dan dan tenaga kependidikan jalur pendidikan non formal terdiri dari penilik, pengelola, administrasi dan petugas kebersihan.

Standar isi, proses, dan penilaian. Standar isi terkait dengan struktur program, alokasi waktu, dan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dilaksanakan secara terintegrasi/terpadu sesuai dengan tingkat perkembangan, bakat/minat dan kebutuhan anak. Pada pelaksanaan program berisi proses kegiatan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan sesuai dengan usia dan karakteristik perkembangan anak serta jenis layanan PAUD. Sedangkan dalam standar penilaian berdasar pada  pengamatan, pencatatan, dan pengolahan data perkembangan anak dengan menggunakan metode dan instrumen yang sesuai.

Standar sarana dan prasarana yaitu memiliki ruang yang aman, nyaman dan memenuhi kriteria kesehatan bagi anak dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak serta memiliki fasilitas permaian baik dalam ruangan maupun di luar lapangan. Standar pengelolaan, menerapkan sistem kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas, memiliki izin kelembagaan dan mengelola administrasi kegiatan. Sedangkan standar pembiayaan, biaya investasi, biaya operasional dan biaya personal dapat diperoleh dari pemerintah, yayasan, partisipasi masyarakat dan dipihak lain yang tidak mengikat.

Manfaat bagi orang tua dalam mempelajari pendidikan anak usia dini sebagai berikut :

Mempelajari hal-hal berguna di masa depan

Seorang anak usia dini akan mampu berlatih dan belajar banyak hal di tempat mereka mendapatkan pendidikan. Di tempat pendidikan tersebut, mereka belajar mengenal angka, huruf, berhitung, dan membaca. Notabene, semua kemampuan tersebut akan sangat berguna bagi masa depan yang mereka miliki. Ketika anak mendapatkan pijakan pengetahuan yang baik, maka tahap selanjutnya anak akan dengan mudah dalam mengorganisir atau mempelajari step berikutnya.

Membangun kecerdasan sosial anak

Seorang anak yang masih berusia belia, tentu harus diajari bagaimana bergaul dengan sesama, dan ditumbuhkan rasa kesetiakawanan sosialnya. Ketika seorang anak mampu bergaul dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi, tentu anak akan mudah masuk ke dalam dunia masyarakat ketika mereka dewasa nanti. Sebaliknya, banyak anak yang menjadi penyendiri, sulit bergaul, dan tidak percaya diri apabila ia terus berada di rumah, dan dikekang pergaulannya.

Mampu menyelesaikan masalah dengan baik

Manfaat pendidikan anak usia dini selanjutnya adalah mampu menyelesaikan masalah dengan baik. Anak akan mendapatkan pergaulan yang lebih luas dimana mereka selalu menemukan masalah-masalah baru setiap harinya. Hal itu membuat otak anak dalam menyelesaikan masalah akan semakin terlatih dan mereka semakin cerdas dalam mengatasi masalah kedepanya.

Kemungkinan sukses lebih besar

Memang, pendidikan tidak selalu menjamin anak untuk sukses di masa mendatang. Kendati demikian, dengan adanya pendidikan anak usia dini yang tepat, mereka mampu menemukan hal-hal baru yang berdampak positif bagi kesuksesan mereka di masa depan. Masalah, teman, pelajaran, dan pengalaman yang semakin luas membawa mereka menuju gerbang kemudahan dalam sukses.