bermain anak usia dini

HAKIKAT BERMAIN PADA ANAK USIA DINI

 

  1. A.   Pengertian Bermain

Bermain adalah kegiatan yang anak – anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan”.[1] Bermain merupakan setiap kegiatan yang dilakukan mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada tekanan atau paksaan”.[2].

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang –  ulang dan menimbulkan kesenangan atau kepuasan bagi diri seseorang”.[3] Bermain adalah suatu kegiatan atau tingkah laku yang dilakukan anak secara sendirian atau berkelompok dengan menggunakan alat atau tidak untuk mencapai tujuan tertentu”.[4].

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan yang dilakukan secara spontan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir yang menimbulan kesenangan kepuasan tersendiri.

 

  1. B.   Karakteristik bermain bagi anak usia dini

Karakteristik bermain bagi anak sebagai berikut:

  1. Bermain relatif bebas dari aturan – aturan, kecuali anak – anak membuat aturan mereka sendiri;
  2. Bermain dilakukan seakan – akan kegiatan itu dalam kehidupan nyata (bermain drama);
  3. Bermain lebih menfokuskan pada kegiatan atau perbuatan dari pada hasil akhir atau produknya;
  4. Bermain memerlukan interaksi dan keterlibatan anak – anak.[5]

Jeffre, McConkey dan Hewson terdapat enam karakteristik kegiatan bermain pada anak yang perlu dipahami oleh stimulator yaitu :

  1. Bermain muncul dari dalam diri anak
  2. Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat, kegiatan untuk dinikmati
  3. Bermain adalah aktifitas nyata atau sesungguhnya
  4. Bermain harus difokuskan pada proses dari pada hasil
  5. Bermain harus didominasi oleh pemain
  6. Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain[6]

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik bermain itu aktifitas total yang langsung pada diri sendiri dari dalam diri anak, yang mengutamakan proses dari pada hasil.

 

  1. C.   Teori Bermain

Teori klasik menerangkan bahwa ada empat alasan mengapa anak suka bermain dengan dasar sebagai berikut :

  1. Kelebihan energy
  2. Rekreasi dan relaksasi
  3. Instink
  4. Rekapitulasi [7]

 

Teori modern dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :

  1. Teori psikoanalitik

Teori ini menerangkan bahwa bermain merupakan alat pelepas emosi (freud, 1958). Bermain juga mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan sosialnya (Erickson, 1963)

  1. Teori perkembangan kognitif

Teori ini menerangkan bahwa berman merupakan bagian dari perkembangan kognitif anak (bruner, 1972; Piaget, 1961; Sutton-smith, 1986).

  1. Teori belajar sosial

Piaget menemukan bahwa bermain dimulai dari bermain sendiri sampai bermain secara kooperatif yang menunjukkan adanya perkembangan sosial anak. Vygotsky (1967) menyatakan bahwa pada saat bermain anak menunjukkan kemampuan di atas biasanya, di atas perilaku kesehariannya, dan seakan – akan ia lebih tinggi dari yang sebenarya.[8]

  1. D.   Tahapan perkembangan bermain anak usia dini

Perkembangan bermain dalam kaitannya dengan perkembangan kognitif menurut jean piaget dan teori mildret parten yang mengaitkan perkembangan bermain anak dengan perkembangan sosialnya”.[9]

Guru perlu mengetahui bahwa pada umumnya anak akan melalui tingkatan atau tahap – tahap bermain sebagai berikut :

  1. Tahap manipulatif

Tahap ini dapat dilihat pada anak usia 2 – 3 tahun. Dengan alat – alat atau benda benda yang ia pegang, anak melakukan penyelidikan dengan cara membolak – balik, meraba – raba, bahkan menjatuhkan lalu melempar dan memungut kembali dan sebagainya. Disini anak akan mengenal sifat dan fungsinya.

  1. Tahap simbolis

Pada tahap ini anak masih melakukan tahap manipulatif dan sudah terlihat anak yang berbicara sendiri sesuai dengan fantasinya.

  1. Tahap eksplorasi

Pada tahap ini sudah bermain sendiri, ia lebih senang tidak berteman dalam bermain.

  1. Tahap eksperimen

Setelah anak – anak memperoleh pengalaman baru dalam tahap sebelumnya, mereka mulai melakukan percobaan-percobaan, yang berarti mereka memasuki tahap eksperimen

  1. Tahap dapat dikenal

Anak usia 5 – 6 tahun pada umumnya telah mencapai tahapan bermain ini, yaitu membangun bentuk yang realistis, bentuk – bentuk yang sudah dikenal atau dilihat dalam kehidupannya sehari – hari.[10]

 

Tahapan perkembangan bermain pada anak menurut adalah sebagai berikut;

  1. Unoccupied atau tidak menetap

Anak hanya melihat anak lain bermain, tetapi tidak ikut bermain. Anak pada tahap ini hanya mengamati sekeliling dan berjalan – jalan, tetapi tidak terjadi interaksi dengan anak yang bermain.

  1. Onlooker atau penonton / pengamat

Pada tahap ini anak belum mau terlibat untuk bermain, tetapi anak sudah mulai bertanya dan lebih mendekat pada anak yang sedang bermain dan anak sudah mulai mucul ketertarikan untuk bermain.setelah mengamati anak biasanya dapat mengubah caranya bermain

  1. Solitary independent play atau bermain sendiri

Tahap ini anak sudah mulai bermain, tetapi bermain sendiri dengan mainanya, terkadang anak berbicara temannya yang sedang bermain, tetapi tidak terlibat dengan permainan anak lain.

  1. Parallel activity atau kegiatan parallel

Anak sudah bermain dengan anak lain tetapi belum terjadi interaksi dengan anak lainnya dan cenderung menggunakan alat yang ada di dekat anak yang lain.

  1. Associative play atau bermain dengan teman

Pada tahap ini terjadi interaksi yang lebih kompleks pada anak. Dalam tahap ini bermain sudah mulai saling mengingatkan satu sama lain.

  1. Cooperative or organized supplementary play atau kerja sama dalam bermain atau dengan aturan.[11]

Anak bekerja sama dengan anak lain untuk membangun sesuatu, terjadi persaingan, membentuk permainan drama dan biasanya dipengaruhi oleh anak yang memiliki pengaruh atau adanya pemimpin dalam bermain.

 

  1. E.   Klasifikasi dan jenis bermain

Adapun jenis permainan yang dapat dikembangkan di dalam program pembelajaran anak usia dini dapat digologkan kedalam berbagai  jenis permainan seperti yang dikemukakan oleh Jefree, Conkey dan Hewson (dalam Yuliani Nurani 2012: 146) yaitu sebagai berikut :

  1. Permainan eksploratif
  2. Permainan dinamis
  3. Permainan dengan keterampilan
  4. Permainan sosial
  5. Permainan imajinatif
  6. Permainan teka – teki

 

Selain jenis permainan tersebut di atas, yang dimaksud dengan permainan kreatif merujuk pada paparan lopes  menyatakan bahwa permainan kreatif dapat diklasifikasikan dalam :

  1. Kreasi terhadap objek
  2. Cerita bersambung
  3. Permainan drama kreatif
  4. Gerakan kreatif
  5. Pertanyaan kreatif.[12]

 

  1. F.    Fungsi bermain bagi anak usia dini

Dalam kegiatan bermain terdapat berbagai kegiatan yang memiliki dampak terhadap perkembangannya sehingga dapat diidentifikasi bahwa fungsi bermain antara lain:

  1. Dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak, melatih motorik halus, motorik kasar dan keseimbangan karena ketika bermain fisik anak juga memahami bagaimana kerja tubuhnya
  2. Dapat mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang lain, kemamandirian dan keberanian untuk berinisiatif karena saat bermain anak sering bermain pura-pura menjadi orang lain, binatang atau karakter orang lain
  3. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya karena melalui bermain anak seringkali melakukan eksplorasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya sebagai wujud rasa keingintahuan
  4. Dapat mengembangkan kemandiriannya dan menjadu dirinya sendiri karena melalui bermain anak selalu bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil keputusan dan berlatih peran sosial sehingga anak menyadari kemampuan serta kelebihannya.[13]

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

http://mrc1.wordpress.com/2008/06/11/bermain-arti-pentingnya-bagi-anak-usia-dini/

Montolalu, B.E.F. Bermain dan permainan anak. Jakarta: Universitas Terbuka. 2008.

 

Santoso, Soegeng. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Citra pendidikan. 2002.

 

Sujiono, Yuliani Nurani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks, 2012.

 

___________________. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks, 2010.

 

Suyanto, Slamet. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. 2005.

 

 


[1] Mayesti di dalam Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: PT indeks,2012) h.144.

[3] Ibid.,h.144

[4] Soegeng santoso, Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Citra pendidikan, 2002) h.46

[5] Montolalu, Bermain dan Permainan Anak Usia Dini (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008) h.1.2-1.3

[6] Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: PT Indeks,2012) h.146

[7] Slamet Suyanto, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.(Jakarta: Depdiknas,2005) h. 119-120

[8] Slamet Suyanto, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.(Jakarta: Depdiknas,2005) h.121

[9] Montolalu, Bermain dan Permainan Anak Usia Dini (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008) h.2.17

[10] Montolalu, Bermain dan Permainan Anak Usia Dini (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008) h. 2.14

[11] Parten dan Rogers di dalam Yuliani Nurani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. h.147-148

[12] Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: PT Indeks,2012) h. 147

[13] Yuliani Nurani Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. (Jakarta: PT Indeks,2010. h.36

Tinggalkan komentar